Meneruskan dakwah dari dakwatuna.com. Dalam tugas apa pun, persiapan yang baik dan matang menjadi kunci keberhasilan. Sebagaimana dalam sebuah syair (kata-kata mutiara) dikatakan,
مَنْ عَرَفَ بُعْدَ السَّفَرِ اِسْتَعَدَّة
“Siapa yang tahu jauhnya perjalanan, bersiaplah ia”
Hal itu juga yang terjadi dengan pernikahan. “Persiapan” menjadi kata kunci agar nantinya pernikahan bisa dijalankan dengan baik. Apakah itu sebelum, ketika dan sesudah ijab kabul.
Kira-kira apa saja sih yang harus dipersiapkan seorang calon suami dan istri? Yuk, kita tengok apa saja target persiapannya.
Persiapan Pertama
Persiapan untuk menjadi seorang pemimpin (khusus untuk calon suami). Allah SWT telah menegaskan bagi seorang laki-laki menjadi pemimpin dalam rumah tangga. Sebagaimana firman Allah SWT.
ٱلرِّجَالُ قَوّٰمُوْنَ عَلَى ٱلنِّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ ٱللهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَآ أَنْفَقُواْ مِنْ أَمْوٰلِهِمْ
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” (QS. An-Nisaa’: 34).
Tugas sebagai seorang pemimpin ini tidak berarti seorang suami lebih tinggi dari yang dipimpin (istri). Jabatan hanya sekadar pembagian tugas, dengan beban tanggungjawab yang lebih besar. Seorang suami bertanggung jawab penuh untuk menafkahi dan membimbing istri serta anak-anaknya agar selamat dunia dan akhirat.
Persiapan Kedua
Persiapan ilmu, khususnya ilmu agama. Sebagai seorang suami harus bisa mendidik istrinya. Seorang suami yang kurang ilmu, biasanya hanya bisa mengarang saja. Orang yang ngarang biasanya cenderung bersikap emosional, dan mudah marah.
Pengetahuan agama yang dimiliki tidaklah harus sempurna sekali. Setidaknya mengetahui mana yang wajib, sunnah, dan mana yang makruh. Ditambah ilmu-ilmu lainnya, seperti psikologi, kesehatan, manajemen keuangan, dan lainnya (jika diperlukan). Walau tidak mendalam, setidaknya kita tahu sehingga memiliki pegangan.
Persiapan Ketiga
Persiapan mental. Dalam rumahtangga pasti akan ditemukan banyak masalah yang akan menghampirinya pasangan suami-istri. Agar kita mampu mengelola masalah secara cerdas dibutuhkan kekuatan mental (ruhani) serta kelapangan hati suami-istri.
Orang yang lemah mental dan imannya, cenderung goyah ketika dihadapkan pada sebuah masalah. Tanpa kesiapan mental dan ruhani, masalah kecil bisa menjadi besar, masalah sederhana bisa menjadi rumit.
Persiapan Keempat
Persiapan finansial atau keuangan. Membangun rumahtangga tidak cukup sekadar kata CINTA dan cita-cita ideal. Yakin bahwa Allah Maha Kaya memang penting. Namun keyakinan tersebut harus disempurnakan dengan ikhtiar yang sempurna.
Keempat hal itulah yang harus disiapkan seseorang bila ingin membina rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Selagi masih ada waktu, maka persiapkan segalanya dengan matang, banyak belajar, perkuat ibadah, perbanyak doa, termasuk mempersiapkan mental dan finansial. Semoga pernikahannya diberkahi Allah SWT. Aamiin.
Nikah itu tidak usah cepat2 tidak baik 🙂 biar cepat tapi pasti 😀
lebih cepat lebih baik..hehe.
katanya ngga usah khawatir masalah financial, karena Allah pasti akan menambah rejeki.
Siip, berarti yg penting nikah dulu yaa 🙂