Ketika masih duduk di bangku SD aku sekolah di SDN Pulo Gebang 13 Pagi. Cita-citaku setelah lulus SD ingin melanjutkan sekolah di SMP favovit. Tentunya setiap orang tua pasti ingin anaknya sukses atau berhasil, terutama dalam hal pendidikan. Orang tuaku sangat ingin sekali anaknya dapat menguasai ilmu agama dan juga ilmu umum. Oleh karena itu mereka menyarankanku setelah SD lebih baik mondok di pondok pesantren. Mendengar kata pondok saja aku langsung ill feel. Sampai-sampai kalau aku sedang bertengkar dengan adikku, ibuku cukup mengatakan,
“ya sudah nanti mas dimasukin pesantren aja yaa” kata ibuku dengan wajah yang serius.
Mendengar itu aku langsung diam dan mengalah. Itu karena aku sangat tidak ingin sekali tinggal di pondok pesantren. Aku berasumsi bahwa tinggal di pondok itu tidak menyenangkan. Masak masak sendiri, cuci baju sendiri “wah udah kayak lagu jadul aja nih” belum lagi kalau kemana-mana sarungan. Pokoknya nggak banget deh.
Itu memang harapan orang tuaku, tapi mereka tidak memaksaku setelah lulus SD harus ke pesantren. Orang tuaku memang bijaksana, mereka mencoba mengarahkan anaknya ke hal-hal yang mereka anggap lebih baik, karena mereka tentunya lebih berpengalaman. Akan tetapi jika anak-anaknya tidak suka dan memilih jalannya sendiri selama itu baik orang tuaku akan mendukung.
Pusing Saat Tes Seleksi Masuk SMP
Pada waktu itu sistem NEM telah dirubah, jadi bila ingin melanjutkan ke jenjang SMP harus melalui tes seleksi terlebih dahulu. Kala itu nilai setiap mata pelajaranku selama di SD termasuk baik. Oleh karena itu para guru merekomendasikan kepadaku SMP favorit.
Sebelum test seleksi dimulai aku duduk-duduk di bangku taman sekolah, sambil mengulang pelajaran-pelajaran yang sekiranya nanti keluar di ujian. Saat itu aku ditemani oleh ayahku karena sekolah tempat untuk ujian cukup jauh dari rumah. Ketika sedang belajar dan menghafal rumus-rumus, tiba-tiba saja kepalaku terasa pusing. Akupun sempat mual beberapa kali, rasanya seperti mau muntah. Aku langsung menemui ayahku dan mengatakan kondisiku saat itu. Kemudian ayahku mengajakku untuk pulang dan beristirahat di rumah. Ini pilihan yang sulit, yang ada dipikiranku “aku harus ikut tes seleksi masuk SMP bagaimanapun kondisinya” akhirnya aku yakinkan ayahku agar tidak perlu khawatir akan kondisiku.
Bel kemudian berbunyi tanda seluruh peserta harus masuk ke kelas yang sudah ditentukan karena ujian akan segera dimulai. Saat mengerjakan soal-soal ujian kepalaku terasa berat ditambah rasa mual yang tidak karuan. Ujian menjadi tidak fokus dan tidak maksimal. Pensil 2B yang berada di tangan bergetar disebabkan tangan gemetaran dan tubuh terasa dingin. Kondisi itu berlangsung selama mengerjakan ujian sampai akhirnya ujian berakhir. Setelah ujian selesai aku segera pulang dan beristirahat di rumah.
Pengumuman Kelulusan
Ketika tiba waktu pengumuman kelulusan, aku segera pergi menuju ke sekolah untuk melihat di sekolah mana aku lulus. Rasa penasaran dan was-was bergejolak selama dalam perjalanan menuju sekolah. Saat itu aku memang sudah pasrah. Apapun yang terjadi nanti mungkin itulah yang terbaik.
Sesampainya di sekolah aku langsung pergi ke papan etalase di depan kelas. Disana kudapati tempelan kertas F4 berderet yang didalamnya tertulis nama-nama anak yang lulus dan tidak lulus. Aku cari namaku, oh tidak aku melihat ada dua suku kata disana dan ternyata aku TIDAK LULUS. Perasaan hancur dan pikiran kacau yang aku rasakan kala itu. Tapi entah kenapa aku tidak sedih bahkan sampai menangis seperti beberapa teman-temanku yang tidak lulus.
Aku kemudian pulang dan memberitahu orang tuaku bahwa aku tidak lulus. Akhirnya kami berdiskusi bagaimana solusinya. Ibuku menyuruhku untuk pergi langsung ke sekolah-sekolah favorit yang aku pilih. Setelah aku dan ayahku menghampiri sekolah-sekolah tersebut. Mereka bisa menerima tapi ada semacam biaya bahasa populernya “nyogok” dan tentunya itu butuh biaya yang tidak sedikit. Aku akhirnya merenung dan berpikir keras. Setalah lama aku merenung dan berpikir, kira-kira sekitar dua hari, aku memutuskan untuk mondok di pondok pesantren.
Ayah dan ibuku terkejut. Ada apa gerangan. Anak yang tadinya sangat membenci pondok pesantren tiba-tiba ingin mondok. Aku lalu memberi tahu orang tuaku alasan aku ingin mondok. Pertama, dan yang paling utama karena aku tidak lulus tes seleksi masuk SMP. Kedua, aku tidak ingin menyulitkan orang tuaku dari segi materi. Dan yang ketiga, saat itu aku sadar bahwa menyogok itu haram dan dilarang dalam agama.
Masuk Pesantren
Bismillah niat sudah kuat, tekad sudah bulat dan hati sudah mantap. Kebetulan ada tiga orang temanku yang mau masuk pondok pesantren juga. Setelah mendapat informasi dari orang tua mereka, belum lengkap rasanya kalau tidak survei terlebih dahulu. Aku dan ayahku kemudian mendatangi pesantren tersebut. Namanya Pondok Pesantren Annajah merupakan pondok alumni Darunnajah. Keadaan pondoknya cukup sejuk, disepanjang jalan banyak ditanami pohon mangga. Dibelakang pondoknya, sejauh mata memandang ditanami padi dan kacang-kacangan.
Pondoknya termasuk pondok modern, bukan hanya mengajarkan ilmu agama saja tapi juga ada pelajaran umum. Akupun langsung jatuh hati pada pandangan pertama. Aku katakan kepada ayahku bahwa pondok ini cocok. Kebetulan waktu itu kami sempat bertemu dengan pimpinan pondok tersebut. Beliau terlihat seorang yang bijaksana dan tekun. Akupun diberikan sedikit wejangan berupa tips-tips untuk menjadi seorang santri yang berkarakter.
Setelah silaturrahim dengan pak kiyai, kami langsung pergi ke kantor administrasi untuk melakukan pendaftaran. Dan akhirnya semuanya selesai kamipun kembali pulang dengan tenang. Meskipun cita-citaku untuk melanjutkan studi di SMP fovorit kandas. Allah mungkin telah memberikan kepadaku hal yang terbaik dan menggantikannya dengan yang lebih baik untukku.
“Karena Allahlah yang Maha Tahu apa yang terbaik untuk hambanya”
Aku rasa ini semua mungkin karena doa-doa dari ayah dan ibuku. Mereka selalu berdoa agar anaknya kelak dapat bermanfaat bagi agama, masyarakat dan negara. Tidak terlena dengan gemerlapnya dunia dan tidak buta dengan ilmu agama. Memang doa orang tua kepada anaknya adalah doa yang mustajab. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW,
رضى الله في رضى الوالدين وسخط الله في سخط الوالدين
“Ridho Allah itu terletak pada ridho orang tua, dan murka Allah itu terletak pada murka orang tua”
Terima Kasih, silahkan simak kisah-kisah lainnya.