Kopi akan menjadi nikmat bila dicampur dengan gula. Begitu juga dengan kehidupan, hidup yang pahit akan menjadi bersemangat bila ditaburi kata-kata mutiara terdahsyat penggugah semangat. Hidup itu butuh pengalaman dan perjuangan. Untuk bisa melewati tantangan dan rintangan butuh yang namanya motivasi hidup. Karena hidup hanya sekali. Sekali hidup, hiduplah yang berarti. Berani hidup tak takut mati, takut mati jangan hidup, takut hidup mati saja.
1. Sesuai Jalannya
مَنْ سَارَ عَلىَ الدَّرْبِ وَصَلَ
“Siapa berjalan pada jalannya sampailah ia.”
Seseorang yang memiliki cita-cita, dan ia ingin menggapai cita-citanya. Maka yang dilakukannya harus sesuai dengan cita-citanya. Misalkan seseorang yang yang bercita-cita menjadi dokter, maka ia harus sekolah atau kuliah di Fakultas Kedokteran dan banyak membaca buku pengetahuan tentang ilmu kedokteran. Jadi tindakannya (action) harus sesuai dengan cita-citanya (vision)
2. Bersungguh-sungguh
مَنْ جَدَّ وَجَدَ
“Siapa bersungguh-sungguh, dapatlah ia.”
Dalam melakukan segala sesuatu harus dengan kesungguhan, harus all out jangan setengah-setengah. Baik itu belajar, bekerja, bermu’amalah dan beribadah. Apalagi kalau kita memiliki cita-cita yang tinggi. Semua harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, bekerja keras dan berdoa keras InsyaAllah segala sesuatu yang dicita-citakan akan terwujud.
3. Bersabar
مَنْ صَبَرَ ظَفِرَ
“Siapa yang sabar, beruntunglah ia.”
Kesabaran merupakan sebuah karakter yang perlu dilatih. Melatih kesabaran tidaklah mudah. Karena kesabaran sangat melekat dengan watak dan iman seseorang. Bersabar itu juga dalam berbagai hal, baik itu ketika tertimpa musibah, ketika sakit hati bahkan ketika sedang berjuang sungguh-sungguh.
Orang yang sabar akan terhindar dari perkelahian, permusuhan, dengki, iri, dan sikap terburu-buru yang itu semua akan menghancurkan dirinya sendiri. Oleh sebab itu orang yang sabar akan beruntung. Mulailah melatih kesabaran dengan banyak-banyak beristighfar.
4. Jujur
مَنْ قَلَّ صِدْقُهُ قَلَّ صَدِيْقُهُ
“Siapa sedikit kejujurannya, sedikit temannya.”
Jujur adalah salah satu sifat baginda Rasulullah Saw yang patut untuk kita tiru. Karena kejujuran akan membuat kita dipercaya oleh orang-orang disekitar kita. Ketika orang-orang percaya kepada kita maka banyaklah yang mau berteman dengan kita. Akan tetapi kalau kita banyak berbohong maka orang-orang tidak akan percaya dan sedikitlah orang yang mau berteman dengan kita.
5. Bergaul dengan Orang yang Jujur
جَالِسْ أَهْلَ الصِّدْقِ وَالوَفَاءِ
“Pergaulilah orang yang punya kejujuran dan ketepatan janji.”
Bergaullah dengan orang yang jujur dan menepati janji, karena mereka akan membawa kebaikan untuk kita. Kalau dalam sebuah pekerjaan, seorang bos atau direktur perusahaan pasti ingin memiliki karyawan yang jujur dan menepat janji.
Karena karyawan yang jujur akan membuat perusahaannya semakin maju, sedangkan karyawan yang suka berbohong dan tidak amanah akan membawa kebangkrutan bagi perusahaan tersebut.
Hal tersebut berlaku juga dalam kehidupan kita sehari-hari, jikalau kita memiliki teman yang jujur dan amanah InsyaAllah banyak kebaikan yang kita dapatkan.
6. Berakit Kehulu Berenang Kemudian
وَمَااللَّذَّةُ إِلاَّ بَعْدَ التَّعَبِ
“Tidak ada kenikmatan kecuali setelah kepayahan.”
Seseorang yang ingin meraih kesuksesan maka ia harus dan pasti merasakan kepayahan, kesulitan dan kegagalan. Semua itu adalah proses untuk mendapatkan kesuksesan itu. Maka jika kita lihat orang-orang telah meraih kesuksesan, kita akan terkagum-kagum dengan kesuksesannya. Padahal berbagai perjuangan, kegagalan, kesulitan, kepayahan, tantangan dan rintangan telah ia takhlukkan.
Oleh sebab itu, siapkah kita melawati proses tersebut? Siapkah kita merasakan kesulitan dan kepayahan? Siapkah kita meraih kesuksesan?
7. Berani Mencoba
جَرِّبْ وَلاَحِظْ تَكُنْ عَارِفًا
“Coba dan perhatikanlah, niscaya kamu akan menjadi orang yang tahu.”
Dalam berbagai hal yang tidak kita ketahui, adakalanya kita harus berani untuk mencoba. Karena setelah mencoba pasti kita akan menjadi tahu. Seperti halnya Thomas Alva Edison yang telah mencoba sebanyak 10083 dan akhirnya ia berhasil menemukan lampu pijar. Jadi, berani mencoba tak takut gagal, takut gagal jangan coba, takut coba gagal saja.
8. Menuntut Ilmu Tanpa Henti
اُطْلُبِ العِلْمَ مِنَ المَهْدِ إِلىَ اللَّحْدِ
“Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga liang lahat.”
Menuntut ilmu itu tidak memandang usia. Menuntut ilmu itu tidak ada batasannya, bahkan sampai sebelum nafas terakhirpun. Kita sekolah dan kuliah itu memang menuntut ilmu, tetapi tidak sebatas itu saja.
Setelah kita sampai pada tahap tinggi, misalnya seorang profesor. Maka tetap harus menuntut ilmu, karena ilmu Allah itu sangat luas, masih banyak yang belum kita tahu. Dibandingkan dengan ulama-ulama terdahulu, mereka telah memiliki banyak karya, mereka tidak bertitel tapi mereka terus menuntut ilmu, dan haus akan ilmu.
9. Tidak Menunda-nunda
بَيْضَةُ اليَوْمِ خَيْرٌ مِنْ دَجَاجَةِ الغَدِ
“Telur hari ini lebih baik daripada ayam esok hari.”
Suatu pekerjaan yang ditunda-tunda akan berakibat menumpuknya pekerjaan bahkan sampai tidak selesai. Bila kita memiliki pekerjaan dan dapat kita selesaikan hari ini maka, kerjakanlah hari ini juga. Sering menunda-nunda pekerjaan juga akan menimbulkan rasa malas, dan akhirnya perkerjaan menjadi tidak selesai atau setengah-setengah.
10. Memanfaatkan Waktu
الوَقْتُ أَثْمَنُ مِنَ الذَّهَبِ
“Waktu itu lebih mahal daripada emas.”
Waktu itu terus bergerak. Bila kita tidak bergerak maka banyak pekerjaan yang terbengkalai dan berakibat buruk kepada kita. Waktu yang tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya akan menimbulkan banyak kerugian, diantaranya rugi tenaga, pikiran dan harta, karena waktu yang berlalu tidak akan pernah kembali.
11. Akal dan Jiwa yang Sehat
العَقْلُ السَّلِيْمُ فيِ الجِسْمِ السَّلِيْمِ
“Akal yang sehat itu ada pada badan yang sehat.”
Orang yang memiliki tubuh yang sehat tentu memiliki akal yang sehat, alias waras. Dalam bahasa latin sering disebut Mens Sana In Corpore Sano. Tapi ada juga yang berpendapat, orang yang memiliki tubuh yang sehat belum tentu memiliki akal yang sehat.
Hal ini ditujukan kepada para koruptor, kaum liberal, kaum LGBT, pezina dan lain sebagainya. Yang mana mereka memiliki pemikiran-pemikiran yang tidak sesuai dengan kodrat manusia dan ajaran syariat Islam.
12. Berteman dengan Buku
خَيْرُ جَلِيْسٍ فيِ الزَّمَانِ كِتَابٌ
“Sebaik-baik teman duduk di setiap waktu adalah buku.”
Budaya membaca buku sangat penting untuk ditingkatkan. Karena dengan membaca buku kita akan tau dunia. Orang yang membaca buku pasti memiliki pengetahuan yang luas.
Lihatlah bagaimana orang-orang jepang yang sangat gemar membaca buku. Bagi mereka buku adalah teman. Bahkan tidak asing lagi, di setiap sudu kota, di dalam kereta api, dan lain sebagainya terdapat banyak buku-buku yang gratis untuk dibaca.
Lantas bagaimanakah dengan Indonesia? Oleh karena itu, dimulai dari diri kita untuk menerapkan budaya membaca buku.
13. Filosofi Petani
مَنْ يَزْرَعْ يَحْصُدْ
“Siapa menanam, akan memanen.”
Petani yang menanam padi maka ia akan memanennya di kemudian hari. Petani yang menanam padi tentunya ia harus selalu merawat padi itu agar tumbuh dengan subur. Artinya seseorang yang berjuang demi tercapainya cita-cita, maka ia akan mendapatkan kesuksesannya kelak. Karena orang yang merasakan kesuksesan, dialah orang yang menanamkan impiannya dan berjuang.
14. Sahabat yang Baik
خَيْرُ الأَصْحَابِ مَنْ يَدُلُّكَ عَلىَ الخَيْرِ
“Sebaik-baik sahabat itu yang menunjukkanmu kepada kebaikan.”
Seorang sahabat itu pasti orang yang selalu peduli kepada kita. Sahabat yang baik itu bukan hanya yang dapat membuat kita senang, tetapi juga yang bisa mengingatkan kita dari kelalaian beribadah kepada Allah, dan menunjukkan kita kepada kebaikan.
15. Perbedaan Manusia dan Binatang
لَوْلاَ العِلْمُ لَكَانَ النَّاسُ كَاْلبَهَائِمِ
“Seandainya tidak ada ilmu niscaya manusia itu seperti binatang.”
Manusia dan binatang jelas berbeda. Manusia memiliki akal, sedangkan hewan memiliki insting. Akal manusia dapat digunakan untuk berfikir membedakan mana yang baik dan yang buruk, mana yang salah dan yang benar.
Oleh sebab itu manusia yang berilmu tapi tidak digunakan ilmunya, maka tidak ada bedanya dengan binatang. Banyak sekali terjadi pembunuhan, pemerkosaan, dan kejahatan-kejahatan lainnya, dikarenakan hawa nafsunya melebihi akalnya.
16. Belajar Sejak Dini
العِلْمُ فيِ الصِّغَرِ كَالنَّقْشِ عَلىَ الحَجَرِ
“Ilmu di waktu kecil itu, laksana ukiran di atas batu.”
Seorang anak yang sejak kecil sudah diajarkan oleh orang tuanya berbagai macam hal. Maka, ilmu yang diajarkan orang tuanya akan sangat melekat sampai anaknya dewasa. Seperti halnya orang tua yang melatih anaknya menghafalkan al-Qur’an, maka Insya Allah hafalannya akan melekat sampai anaknya dewasa.
17. Hari Berlalu
لَنْ تَرْجِعَ الأَياَّمُ الَّتيِ مَضَتْ
“Hari-hari yang telah berlalu itu tidak akan kembali.”
Penyesalan itu akan terasa di belakang. Banyak orang yang menyesal setelah ia melalui hari-harinya tanpa sesuatu hal yang bermanfaat. Orang yang menyesal akan berandai-andari agar hari-harinya yang lalu bisa kembali. Namun itu tidak mungkin, karena hari berlalu dan tak akan pernah kembali lagi. Oleh karena manfaatkanlah hari ini semaksimal mungkin.
18. Ilmu Bermanfaat
العِلْمُ بِلاَ عَمَلٍ كَالشَّجَرِ بِلاَ ثَمَرٍ
“Ilmu tanpa pengamalan itu bagaikan pohon tak berbuah.”
Tujuan menuntut ilmu itu adalah untuk diamalkan. Bila tidak diamalkan akan sia-sia dan tidak memberi manfaat bagi diri sendiri serta orang lain. Ibarat sebuah pohon yang tidak berbuah ia tidak memberi manfaat bagi lingkungan disekitarnya, dan pada akhirnya ditebang.
19. Persatuan
الاتِّحَادُ أَسَاسُ النَّجَاحِ
“Persatuan itu pangkal keberhasilan.”
Segala sesuatu apabila dikerjakan bersama-sama pasti akan menjadi ringan. Perjuangan para pejuang Indonesia yang mempertahankan kedaulatan Indonesia, mereka bersatu untuk mengusir penjajah. Satu komando, satu tujuan, satu bangsa dan satu bahasa. Dan pada akhirnya kemerdekaan pun berhasil diraih pada 17 Agustus 1945. Jadi persatuan adalah kunci dari kesuksesan.
20. Budi Pekerti
الشَّرَفُ بِالأَدَبِ لاَ بِالنَّسَبِ
“Kemuliaan itu karena kebaikan budi pekerti bukan keturunan.”
Orang itu akan mulia baik dimata manusia dan dimata Tuhan adalah karena budi pekertinya. Orang yang memiliki adab yang baik, ia akan dihormati dan disenangi.
Namun sebaliknya orang yang tidak memiliki adab yang baik, meskipun dari keturunan seorang raja, ia akan hina dan dibenci.
21. Menjaga Lisan
سَلاَمَةُ الإِنْسَانِ فيِ حِفْظِ اللِّسَانِ
“Keselamatan manusia itu ada dalam menjaga lidah.”
Lisan itu bagaikan sebuah pedang, yang apabila tidak dijaga akan berakibat menyakiti orang lain. Orang yang dapat menjaga lisannya ia akan selamat dari permusuhan, benci, dan putusnya silaturrahmi. Oleh karena itu, jagalah lisan kita jangan sampai menyakiti perasaan orang lain. Berkatalah seperlunya.
22. Budi Pekerti yang Buruk
سُوْءُ الخُلُقِ يُعْدِي
“Budi pekerti yang buruk itu menular.”
Sesuatu perilaku yang buruk akan cepat sekali diikuti. Orang yang bergaul dengan teman yang memiliki budi pekerti buruk, ia akan cepat sekali mengikutinya, karena budi pekerti yang buruk itu cepat menular. Hal ini disebabkan setan yang selalu membisikkan dan mengajak kepada keburukan. Oleh karena itu, jagalah diri kita dengan bergaul kepada teman yang baik akhlaknya dan baik lingkungannya.
23. Lupa
آفَةُ العِلْمِ النِّسْياَنُ
“Penyakit ilmu itu adalah lupa.”
Manusia itu memang sarat akan lupa dan salah. Mungkin berbagai buku telah kita baca dan berbagai ilmu telah kita pelajari, pasti ada beberapa yang kita lupa.
Oleh karena itu, agar ilmu yang kita pelajari tidak mudah lupa, perbanyaklah mengulang (muroja’ah). Dengan begitu ilmunya akan terus melekat dan lebih paham.
24. Tekad yang Kuat
إِذَا صَدَقَ العَزْمُ وَضَحَ السَّبِيْلُ
“Jika kemauan (seseorang) itu kuat maka akan jelas jalannya.”
Seseorang yang memiliki tekad yang kuat, pasti ia akan mendapatkan jalannya. Tentunya dengan berusaha keras dan berdoa keras. Karena Allah Swt senantiasa selalu memberikan kemudahan bagi hambanya yang bertekad kuat. Dalam hal apapun itu, baik dalam menuntut ilmu, bekerja dan bertobat.
25. Jangan Menghina
لاَ تَحْتَقِرْ مَنْ دُوْنَكَ فَلِكُلِّ شَيْئٍ مَزِيَّةٌ
“Jangan menghina orang yang lebih rendah daripadamu, karena setiap sesuatu itu mempunyai kelebihan.”
Setiap orang memiliki kelebihannya masing-masing. Bila kita hanya melihat luarnya saja maka kita akan tertipu. Seperti don’t judge a book by it’s cover, yang kita lihat hanya covernya saja tanpa tau isinya. Karena banyak orang yang terlihat biasa-biasa saja namun sejatinya ia luar biasa.
26. Memperbaiki Diri
أَصْلِحْ نَفْسَكَ يَصْلُحْ لَكَ النَّاسُ
“Perbaikilah dirimu, orang lain akan baik kepadamu.”
Menjadi pribadi yang baik tentu akan banyak orang yang baik dengan kita. Bila kita memiliki pribadi yang baik, kita akan memberikan efek yang baik pula bagi masyarakat di sekitar kita. Karena segala sesuatunya harus dimulai dari diri sendiri. Sebelum memperbaiki orang lain perbaiki dulu diri sendiri.
27. Berpikir Matang
فَكِّرْ قَبْلَ أَنْ تَعْزِمَ
“Berpikirlah sebelum kamu memutuskan/merencanakan.”
Bila hendak melakukan sesuatu berpikirlah terlebih dahulu. Apakah yang dilakukannya tepat, tidak menyakiti hari orang lain, dan sesuatu yang bermanfaat.
Begitu juga dalam suatu pekerjaan, bila kita hendak merencanakan sesuatu, kita harus mengkonsepkannya terlebih dahulu. Berbagai riset mendalam perlu dilakukan. Hal tersebut untuk mengetahui tingkat kegagalan agar dapat diantisipasi.
28. Kesiapan
مَنْ عَرَفَ بُعْدَ السَّفَرِ اِسْتَعَدَّ
“Barangsiapa yang tahu jauhnya perjalanan, ia akan bersiap-siap.”
Orang yang tahu seberapa besar tantangan dan rintangan yang akan dihadapinya, ia tentunya akan mempersiapkannya dengan matang. Seperti halnya seorang musafir yang hendak pergi jauh, ia tentu telah mempersiapkan dirinya dan juga barang bawaanya. Jadi ketika seseorang tahu seberapa tinggi cita-citanya, maka ia harus mempersiapkan diri dengan matang untuk menggapai cita-citanya.
29. Senjata Makan Tuan
مَنْ حَفَرَ حُفْرَةً وَقَعَ فِيْهَا
“Siapa yang menggali lubang, ia akan terperosok ke dalamnya.”
Seseorang yang menebar kejahatan maka ia akan menanggung akibatnya. Seperti halnya banyak orang yang korupsi dan merasa tidak ketahuan. Korupsi yang ia lakukan terus-menerus tanpa disadari ia telah membuat banyak lubang, yang pada suatu saat nanti ia akan terperosok ke dalamnya karena tidak ada pijakan di kakinya selain lubang itu. Dan akhirnya mereka tertangkap oleh aparat penegak hukum.
30. Belajar dari Musuh
عَدُوٌّ عَاقِلٌ خَيْرٌ مِنْ صَدِيْقٍ جَاهِلٍ
“Musuh yang pandai itu lebih baik daripada teman yang bodoh.”
Kadang kita banyak belajar dari musuh kita. Dengan kata lain kita belajar dengan pesaing-pesaing kita. Dengan adanya para pesaing itu, justru lebih menambah perjuangan dan ilmu kita. Hal tersebut karena adanya dorongan untuk terus lebih baik dari para pesaing. Hal ini tidak mengapa selama masih dalam kebaikan. Sebagaimana dikatakan dalam al-Qur’an berlomba-lombalah dalam kebaikan.
31. Jangan Malas
اِجْهَدْ وَلاَ تَكْسَلْ وَلاَ تَكُ غَافِلاً فَنَدَامَةُ العُقْبىَ لِمَنْ يَتَكاَسَلُ
“Bersungguh-sungguhlah, jangan bermala-malas, dan jangan lengah, karena penyesalan itu atas orang yang bermalas-malas.”
Orang yang malas, hidupnya tidak terarah. Akibat dari malasnya semua pekerjaannya setengah-setengah. Akhirnya target tidak tercapai dan penyesalanlah yang akan terus menghantuinya.
32. Meninggalkan Keburukan
اُتْرُكِ الشَّرَّ يَتْرُكْكَ
“Tinggalkanlah keburukanmu, keburukan itu akan meninggalkanmu.”
Cara yang paling tepat untuk meninggalkan kebiasaan buruk, yaitu dengan membiasakan kebiasaan yang baik. Dengan begitu kebiasaan buruk akan hilang, karena kebiasaan baik yang selalu dilakukan terus-menerus (untuk memalingkan kebiasaan buruk itu) telah menjadi akhlak.
33. Manusia Terbaik
خَيْرُ النَّاسِ أَحْسَنُهُمْ خُلُقاً وَأَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
“Sebaik-baik manusia itu, ialah yang paling baik budi pekertinya dan yang paling bermanfaat bagi manusia.”
Menjadi manusia yang sempurnya adalah suatu keistimewaan. Rasulullah Saw telah mengajarkan kepada kita bagaimana menjadi manusia yang sempurna. Dengan akhlak yang baik dan ilmu yang bermanfaat kita akan menjadi manusia yang terbaik, karena umat Rasulullah Saw adalah umat yang terbaik.
34. Hati-hati
فيِ التَّأَنِّي السَّلاَمَةُ وَفيِ العَجَلَةِ النَّدَامَةُ
“Di dalam kehati-hatian ada keselamatan, dan di dalam ketergesa-gesaan ada penyesalan.”
Segala sesuatu apabila dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan teliti maka hasilnya akan sempurna. Jangan terburu-buru bila ingin melakukan sesuatu. Pekerjaan yang cepat selesai memang baik, akan tetapi lebih baik lagi bila dikerjakannya dengan hati-hati dan teliti.
35. Lemah-lembut
الرِّفْقُ بِالضَّعِيْفِ مِنْ خُلُقِ الشَّرِيْفِ
“Kelemah-lembutan kepada orang yang lemah itu adalah suatu perangai orang yang mulia.”
Orang yang mulia itu bukan karena hartanya yang melimpah ruah. Tetapi karena kelemah-lembutannya kepada orang yang lemah. Ia dermawan dan suka menolong sesama, menjadikan dirinya mulia dan penuh kehormatan meskipun hartanya tidak seberapa.
36. Jawaban untuk Orang Bodoh
تَرْكُ الجَوَابِ عَلىَ الجَاهِلِ جَوَابٌ
“Tidak menjawab atas orang yang bodoh itu adalah jawaban.”
Bila ada seseorang yang bertanya kepada kita dengan pertanyaan yang tiada manfaatnya, tinggalkanlah (tidak perlu dijawab). Orang seperti ini biasanya bertanya dengan pertanyaan yang mungkin ia sudah tau. Pertanyaan-pertanyaannya mungkin bisa mengandung gosip (ghibah), oleh karena itu harus kita hindari dengan meninggalkannya.
37. Sedikit Bicara
إِذَا تَمَّ العَقْلُ قَلَّ الكَلاَمُ
“Jika akal sempurna sedikit bicara.”
Orang yang memiliki akal yang sehat (ilmu yang tinggi), ia akan sedikit berbicara. Orang seperti ini dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah, karena akalnya digunakan secara maksimal. Dalam arti orang yang banyak tau akan cenderung banyak diam.
38. Mencari yang Sempurna
مَنْ طَلَبَ أَخًا بِلاَ عَيْبٍ بَقِيَ بَلاَ أَخٍ
“Siapa yang mencari saudara yang tidak bercela, ia akan tetap tidak mempunyai saudara.”
Setiap manusia pasti memiliki kekurangan. Hanya Allah lah yang Maha Sempurna. Dalam berteman, bekerja, dan berumah tangga pasti terdapat banyak kekurangan. Jika kita mencari teman yang sempurna, guru yang sempurna dan istri yang sempurna, maka kita tidak akan pernah mendapatkannya. Maka pahamilah kekurangannya dan maju bersama untuk menjadi lebih baik.
39. Berani Berkata Kebenaran
قُلِ الحَقَّ وَلَوْ كَانَ مُرًّا
“Katakan yang benar, walaupun pahit.”
Berani berkata yang sebenarnya itu lebih baik dan selamat daripada berbohong yang tiada ujungnya. Banyak kita saksikan para koruptor di negeri kita yang mereka sudah tertangkap basah, bukti sudah banyak tapi masih susah mengatakan kalau dirinya bersalah. Menyatakan yang sebenarnya itu memang pahit. Meskipun pahit itu akan lebih selamat daripada berbohong.
40. Harta yang Bermanfaat
خَيْرُ مَالِكَ مَا نَفَعَكَ
“Sebaik-baik hartamu adalah yang bermanfaat bagimu.”
Zaman sekarang merupakan zaman yang modern, banyak dari wanita yang terkena virus fashion. Uang dihambur-hamburkan untuk membeli barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan.
Hal ini masuk kepada sifat boros dan mubadzir. Oleh sebab itu, jadilah orang yang sederhana, memiliki harta yang memang bermanfaat dan dibutuhkan.
41. Moderat
خَيْرُ الأُمُوْرِ أَوْسَاطُهَا
“Sebaik-baik perkara itu adalah pertengahanya (yang sederhana).”
Dalam berbagai perkara kita sering di bingungkan oleh pendapat ini dan itu. Sikap yang paling baik kita lakukan adalah ambil tengah-tengahnya. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari kepentingan-kepentingan dan rasa ta’asubiyah yang tinggi.
42. Memposisikan Diri
لِكُلِّ مَقَامٍ مَقَالٌ وَلِكُلِّ مَقَالٍ مَقَامٌ
“Setiap tempat ada pembicaraannya, dan setiap pembicaraan ada tempatnya.”
Dalam hidup bersosial kita harus tahu kapasitas diri kita dan dimana kita tinggal. Jika kita berada di lingkungan yang berpendidikan maka ucapan kita, pembicaraan kita harus sesuai dengannya misalkan di kampus, sekolah, majlis ta’lim, dan sebagainya. Begitu juga tingkah laku kita harus sesuai dengan tempat dimana kita berada.
43. Aib itu bagi Orang Kikir
لَيْسَ العَيْبُ لِمَنْ كَانَ فَقِيْرًا بَلِ العَيْبُ لِمَنْ كَانَ بَخِيْلاً
“Cela itu bukan bagi orang fakir, tapi cela itu bagi orang kikir.”
Orang yang fakir itu lebih baik daripada orang yang kaya tapi pelit. Orang yang fakir itu mungkin miskin hartanya, sedangkan orang yang kaya tapi pelit banyak hartanya tapi miskin hatinya. Jadi orang yang masih memiliki sifat kikir, sesungguhnya itu adalah aib yang tercela.
44. Yatim yang Sesungguhnya
لَيْسَ اليَتِيْمُ الَّذِي قَدْ مَاتَ وَالِدُهُ بَلِ اليَتِيْمُ يَتِيْمُ العِلْمِ وَالأَدَبِ
“Yatim itu bukan yang telah meninggal orang tuanya, tapi (sebenarnya) yatim itu adalah yatim ilmu dan budi pekerti.”
Seorang anak yang ditinggal orang tuanya akan menjadi yatim, akan tetapi bila ia memiliki ilmu dan akhlak yang baik, ia akan punya banyak teman dan keluarga. Sebaliknya orang yang masih punya orang tua tapi tidak berilmu dan berakhlak, ia adalah yatim yang sesungguhnya.
45. Tidak Tau Diri
هَلَكَ امْرُؤٌ لَمْ يَعْرِفْ قَدْرَهُ
“Orang yang tidak tahu diri itu akan hancur.”
Imam Ghazali pernah berkata, orang yang tidak tau diri akan merugi di dunia dan di akhirat. Karena dia adalah orang yang tidak berilmu (tahu) dan tidak sadar bahwa dirinya tidak berilmu. Orang seperti ini akan sulit sekali dinasihati jika masih memiliki sikap sombong, karena ia merasa dirinya itu tahu padalah sejatinya tidak tahu apa-apa.
46. Pangkal dari Dosa
رَأْسُ الذُّنُوْبِ الكَذِبُ
“Pokok dari dosa itu, adalah kebohongan.”
Orang yang sering berbohong, ia akan berputar-putar di dalam lingkaran penuh dosa. Ketika orang berbohong ia akan cenderung berbohong lagi, lagi dan lagi. Yang pada akhirnya sesuatu hal yang buruk akan menimpanya. Dan ia akan menanggung segala dosa-dosanya kelak.
47. Bersikap Biasa-biasa Saja
لاَ تَكُنْ رَطْباً فَتُعْصَرَ وَلاَ يَابِسًا فَتُكَسَّرَ
“Janganlah bersikap lemah, sehingga diperas, dan jangan bersikap keras, sehingga dipatahkan.”
Dalam bermu’amalah kita harus bersikap baik agar orang lain baik kepada kita. Kita harus bersikap sopan agar orang lain segan dengan kita.
Hindarilah dari sikap yang merendahkan diri sendiri seperti, bercanda yang berlebihan. Dan hindari sikap keras, seperti mudah marah dan arogan.
48. Obat Marah
دَاوُوْا الغَضَبَ بِالصُّمْتِ
“Obatilah kemarahan itu dengan diam”
Terkadang kita sering dibuat jengkel dan rasanya ingin marah. Ketika itu tiba diamlah dan segera tinggalkan tempat itu. Karena dengan diam rasa marah dan jengkel akan padam.
49. Orang yang Merdeka
العَبْدُ يُضْرَبُ بِالعَصَا وَالحُرُّ يَكْفِيْهِ بِالإِشَارَةِ
“Hamba sahaya itu dipukul dengan tongkat, dan orang yang merdeka cukup dengan isyarat.”
Orang yang memiliki kesadaran tinggi cukup dengan peraturan yang ada ia taat. Orang-orang yang seperti ini adalah orang yang memiliki mental kebebasan, tanpa harus disuruh atau diperingati ia sudah paham dan menjalankannya.
Berbeda dengan orang yang tidak memiliki kesadaran. Orang-orang seperti ini adalah orang yang memiliki mental budak, harus disuruh baru bergerak, harus dipukul baru jalan.
50. Ambil Hikmahnya
اُنْظُرْ مَا قَالَ وَلاَ تَنْظُرْ مَنْ قَالَ
“Lihatlah apa yang dikatakan (diucapkan) dan jangan melihat siapa yang mengatakan.”
Sebuah hikmah atau pelajarang dapat kita ambil dari manapun. Sekalipun dari orang yang kedudukannya lebih rendah atau umurnya lebih muda dari kita.
Ketika orang tersebut menyampaikan suatu kebaikan dan kebenaran, maka harus kita terima. Karena mungkin dengan perkataannya kita bisa lebih paham dan lebih mengingat Allah Swt.
Sebagian besar sudah pernah saya baca. Sebagiannya jadi tambahan referensi. Trims. Salam literal.
oke sama-sama 🙂
Luar biasa, sebuah kata2 yg memotivas, menginspirasi dan menginsyafkan.