Takut Pulang
Setelah dipikir-pikir akhirnya kami memutuskan untuk menginap di rumah teman kami. Kami tidur berhimpitan agar tidak diculik oleh jin “haha…saking takutnya”. Sampai-sampai ketika semua sudah tertidur pulas, aku kebelet sekali buang air kecil. Lantas dengan segera aku bangunkan semua, untuk menemani pergi ke kamar mandi. Ya itu karena sudah kesepakatan, kalau ada yang ingin pergi BAB atau BAK maka wajib hukumnya pergi sama-sama.
Ketika semua urusan bawah sudah selesai, kami kembali untuk tidur. Tapi entah kenapa aku tidak bisa tidur kala itu. Mata terpejam tapi pikiran berkeliaran. Ada satu hal yang aneh kala itu, tiba-tiba saja aku kepikiran sesuatu. Bukan tentang jin penunggu sumur, bukan tentang kecewa tidak ikut takbir keliling, dan bukan juga karena kuburan yang berada di samping rumah.
Sesuatu hal yang ada di pikiranku adalah orang tua, terutama ibuku. Aku jadi ingat betapa durhakanya aku, karena sering kali berbohong. Betapa durhakanya aku, karena sering kali bermain jarang belajar. Betapa durhakanya aku, karena sering kali kesal tanpa sebab. Betapa durhakanya aku, karena sering menolak bila disuruh. Betapa durhakanya aku, karena sering meminta tapi belum pernah mengucapkan terima kasih. Betapa, betapa dan betapa. Entah kenapa tanpa disadari air mata mengucur dengan sendirinya. Aku merasa bersalah sekali, ingin rasanya segera memeluk ibuku.
Bingung Setengah Mati
Azan subuh berkumandang, aku langsung membangunkan teman-teman untuk pergi sholat subuh berjama’ah. Kami berlima segera menyambut sejuknya udara di subuh hari. Setelah semuanya siap, kami berlari menuju masjid, sambil menakut-nakuti “hiii..ada setan”. Sesampainya di musholah seorang kakek menegur kami dengan mimik wajah terkejut,
“e..e.e.e..lho..lho.. darimana saja kalian tolee, ibumu nyariin kamu setengah mati” kata kakek itu penasaran.
Kami langsung menceritakan kepada kakek tersebut bahwa kami semalam menginap di rumah teman kami. Kakek tersebut malah tertawa,
“ada apa kek, kok malah ketawa?” tanya salah satu temanku
“kalian itu sudah membuat geger satu rt, sampe-sampe mau lapor kepolisi, gara-gara nyariin kalian. Ibu kalian sampe nangis nyariin kalian. Kalian sudah minta izin orang tua belum?” jelas si kakek tersebut kepada kami
Setelah mendengar penjelasan dari kakek tersebut, kami bingung setengah mati. Entah mau bilang apa, terutama aku yang sudah izin, tapi izinnya untuk ikut takbir keliling bukan menginap di rumah teman.
Ketika orang-orang berdatangan menuju musholah, semakin banyak yang menanyakan hal serupa kepada kami terutama aku dan dua temanku. Aku menjadi semakin bingung setengah mati. Dalam hati aku bertanya-tanya apakah perasaan semalam itu ada kaitannya dengan ini.
Mengharukan (BAPER)
Setelah sholat subuh selesai kami mengambil alih mic untuk takbiran sambil mencoba menenangkan diri. Ketika sedang asyik takbiran, ada seorang ibu separuh baya berdiri di pintu masuk musholah sambil menangis, ia lalu berlutut karena tak kuasa melihat anak tersayangnya ternyata ada di depannya. Ketika aku melihat ke arah sana, ternyata itu adalah ibuku. Aku langsung menghampirinya dan langsung memeluknya.
“darimana saja kamu nak?” tanya ibuku sambil menangis dengan suara yang lemah dan serak, sepertinya ibuku menangis tiada henti semalaman.
Aku tidak langsung menjawabnya, yang terucap pertama kali olehku adalah kata maaf.
Aku meminta maaf kepada ibuku karena telah membuatnya khawatir
Aku meminta maaf kepada ibuku karena telah membuatnya sedih
Aku meminta maaf kepada ibuku karena telah membuatnya menangis
Aku meminta maaf kepada ibuku karena telah membuatnya tidak bisa tidur semalaman
Aku meminta maaf kepada ibuku karena telah membuatnya sakit
Setelah itu aku berterima kasih kepada ibuku karena telah menyayangiku sedemikian hebatnya. Saat kejadian tersebut suasananya sangat mengharukan, istilah sekarangnya BAPER, tapi ya begitulah kisahnya.
Setelah sampai di rumah aku menceritakan kepada orang tuaku bahwa aku dan dua temanku menginap di rumah temanku yang tidak jauh dari musholah. Setelah aku menceritakan semuanya, mereka tersenyum ada juga tetanggaku yang katanya ikut andil dalam pencarianku, dia tertawa terbahak-bahak.
Sungguh kejadian ini menjadi pelajaran yang paling berharga dalam hidupku. Aku tidak akan pernah lagi membuat ibuku sedih dan tidak akan lagi durhaka kepada orang tua. Pelajaran yang aku dapat dari kejadian ini adalah,
“Sayangilah selalu orang tua kita, karena perantara mereka kita ada”
“Berilah mereka selalu kabar tentang kita, karena meski kita jauh, bagi mereka seakan dekat. Tapi sebaliknya, meski kita dekat dengan mereka bagi mereka terasa jauh bila tidak berbagi cerita”
“Jadi jagalah komunikasi dengan orang tua kita”
Setelah menunaikan sholat ied aku menjalankan aktivitasku seperti biasa yaitu, bermain “hehehe..”. Tapi tentu saja izin terlebih dahulu kepada ibuku. Alhamdulillah ibuku mengizinkan tentunya dengan beberapa persyaratan. Setelah kejadian itu akupun mulai sadar dan sedikit mengurangi bermain. Aku dan teman-temanku langsung pergi ke musholah untuk menyaksikan pemotongan hewan qurban dan juga membantu panitia membagikan daging qurban. Ya ini sedikit berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, setelah sholat ied kami langsung pergi menuju lapangan untuk bermain bola.
Masakan Spesial
Alhamdulillah seluruh daging qurban telah terdistribusikan. Aku merasa inilah awal mulanya aku merasakan bermanfaat untuk orang lain. Meskipun terasa lelah wajah kami tetap semringah karena hati puas kerjaan tuntas. Setelah semuanya selesai aku pulang ke rumah. Ketika berdiri di depan pintu rumah, aroma nikmat masakan ibu terasa sampai relung jiwa. Olahan rempah-rempahnya menari-nari sekitar hidung, seakan menuntun tubuh bergerak menuju ke arah masakan itu disajikan.
“Ada baju renang jakarta bagus nih gaes” 😀
“Mmmm…yummy” masakan spesial telah disajikan oleh ibu untuk anaknya tersayang. Ada makanan kesukaanku yaitu cumi-cumi yang dibuat rica-rica, ada juga capcai daging, dan tak lupa makanan penutup es buah segar. Kami semua makan bersama sambil berbagi cerita, tawa dan canda membuat pecah suasana.
“Alhamdulillah yaa Allah terima kasih telah memberikan nikmat yang begitu besar kepada kami. Engkau maha pengasih lagi maha penyayang. Berikanlah pula kebahagiaan dan nikmat kepada orang-orang yang selalu mensyukuri nikmatmu. Aamiin”
Terima kasih telah menyimak kisahku. Silahkan berkomentar dan nantikan kisahku selanjutnya.